Makalah Kimia Klinik
Feses

Disusun Oleh Kelompok
2 :
Alia Ulfah Aprianti (1611E2088)
Dinda Ihwanti (1611E2095)
Fattahu Rohman (1611E2100)
Nadya Husnul Hotimah (1611E2108)
Sulastri Mauludiyah (1611E2118)
Yolan Vivid Diesti (1611E2125)
Sekolah Tinggi Analis
Bakti Asih Bandung
Jl Padasuka Atas No.
233 Bandung 40192 Tlp/ Fax (022) 7203733
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah yang berjudul “Feses” tepat pada waktunya. Shalawat beserta salam
semoga senantiasa terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Adapun maksud penyusunan makalah ini untuk
memenuhi tugas mata kuliah Kimia Klinik. Kami telah berusaha semaksimal mungkin dalam penyusunan makalah ini
dengan memberikan gambaran secara deskriptif agar mudah di pahami.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari sempurna. Hal ini semata-mata karena keterbatasan kemampuan kami sendiri.Oleh
karena itu, sangatlah kami harapkan saran dan kritik yang positif dan membangun
dari semua pihak agar makalah ini menjadi lebih baik dan bermanfaat dimasa yang
akan datang.
Bandung, Juni 2017
Penulis
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar........................................................................................................ 2
Daftar Isi.................................................................................................................... 3
BAB
I Pendahuluan................................................................................................ 4
A.
Latar
Belakang....................................................................................... 4
B.
Rumusan Masalah................................................................................ 4
C. Tujuan...................................................................................................... 5
BAB
II Pembahasan................................................................................................ 6
A.
Pengertian Feces................................................................................... 6
B.
Macam-Macam Feses............................................................................ 6
C.
Bau Feses............................................................................................... 8
D.
Dekomposisi Feses................................................................................ 8
E. Feses normal........................................................................................ 10
F. Pengambilan Sampel Faces.............................................................. 10
G. Jenis Pemeriksaan Feses.................................................................. 13
BAB
III Penutup..................................................................................................... 24
A. Kesimpulan........................................................................................... 24
Daftar
Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
Pemeriksaan
feses ( tinja ) adalah salah satu pemeriksaan laboratorium yang telah lama
dikenal untuk membantu klinisi menegakkan diagnosis suatu penyakit. Meskipun
saat ini telah berkembang berbagai pemeriksaan laboratorium yang modern , dalam
beberapa kasus pemeriksaan feses masih diperlukan dan tidak dapat digantikan
oleh pemeriksaan lain. Pengetahuan mengenai berbagai macam penyakit yang
memerlukan pemeriksaan feses , cara pengumpulan sampel yang benar serta
pemeriksan dan interpretasi yang benar akan menentukan ketepatan diagnosis yang
dilakukan oleh klinisi.
Hal yang
melatarbelakangi kami menyusun sebuah
makalah tentang feses untuk memberikan pengetahuan kepada kita sehingga dalam
pemeriksaan feses ini dapat penunjang dalam penegakan diagnosa berbagai
penyakit. Agar para tenaga teknis laboratorium dan mahasiswa analis kesehatan
dapat meningkatkan kemampuan dan mengerti bermacam-macam penyakit yang
memerlukan sampel feses, memahami cara pengumpulan sampel untuk pemeriksaan
feses secara benar, mampu melaksanakan pemeriksaan sampel feses dengan baik,
dan pada akhirnya mampu membuat interpretasi hasil pemeriksaan feses dengan
benar.
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah
ini adalah :
1. Apakah
pengertian dari feses ?
2. Apa saja macam-macam feses ?
3. Bagaimana dekomposisi dari feses ?
4. Bagaimanakah feses manusia yang normal ?
5. Bagaimanakah cara
pengambilan sampel feses yang benar ?
6. Apa saja jenis pemeriksaan sampel feses ?
7. Apakah tujuan dari pemeriksaan feses ?
8. Bagaimana cara penyimpanan dan pengiriman feses yang
benar ?
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian feses
2. Untuk mengetahui macam-macam feses
3. Untuk mengetahui dekomposisi dari feses
4. Untuk mengetahui feses manusia yang normal
5. Untuk mengetahui cara pengambilan feses yang benar
6. Untuk mengetahui berbagai jenis pemeriksaan sampel
feses
7. Untuk mengetahui tujuan dari pemeriksaan feses
8. Untuk mengetahui cara penyimpanan dan pengiriman feses
yang benar
BAB II
PEMBAHASAN
Tinja atau feses merupakan semua benda
atau zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh yang harus dikeluarkan dari dalam
tubuh. Tinja atau feses merupakan salah satu sumber penyebaran penyakit yang
multikompleks. Orang yang terkena diare, kolera dan infeksi cacing biasanya
mendapatkan infeksi ini melalui tinja atau feses. Seperti halnya sampah, tinja
juga mengundang kedatangan lalat dan hewan-hewan lainnya. Lalat yang hinggap di
atas tinja atau feses yang mengandung kuman-kuman dapat menularkan kuman-kuman
itu lewat makanan yang dihinggapinya, dan manusia lalu memakan makanan tersebut
sehingga berakibat sakit. Beberapa penyakit yang dapat disebarkan akibat tinja
manusia antara lain tipus, disentri, kolera, bermacam-macam cacing (gelang,
kremi, tambang, pita), schistosomiasis, dan sebagainya.
Pengerasan tinja atau feses dapat
menyebabkan meningkatnya waktu dan menurunnya frekuensi buang air besar antara
pengeluarannya atau pembuangannya disebut dengan konstipasi atau sembelit.
Dan sebaliknya, bila pengerasan tinja atau feses terganggu, menyebabkan
menurunnya waktu dan meningkatnya frekuensi buang air besar disebut
dengan diare atau mencret.
Dalam keadaan normal dua pertiga tinja terdiri dari
air dan sisa makanan, zat hasil sekresi saluran pencernaan, epitel usus,
bakteri apatogen, asam lemak, urobilin, debris,
selulosa gas indol, skatol, sterkobilinogen dan bahan patologis. Normal : 100 – 200 gram / hari. Frekuensi defekasi :
3x / hari – 3x / minggu.
Feses
umumnya berwarna Kuning di karenakan Bilirubin (sel darah merah yang mati, yang
juga merupakan zat pemberi warna pada feses dan urin). Bilirubin
adalah pigmen kuning yang dihasilkan oleh pemecahan hemoglobin (Hb) di dalam
hati (liver). Bilirubin dikeluarkan melalui empedu dan dibuang melalui feses.
Fungsinya untuk memberikan warna kuning kecoklatan pada feses. Selain itu warna
dari feses ini juga dapat dipengaruhi oleh kondisi medis, makanan serta minuman
yang dikonsumsi, karena itu sangat mungkin warna feses berubah sesuai dengan
makanan yang dikonsumsi. Beberapa warna feses yang sering ditemukan diantaranya
:
1. Warna Kuning Kecoklatan
Feses
berwarna kuning adalah normal. Karena feses manusia pada umumnya adalah warna
ini. Warna kecoklatan atau kekuningan ini disebabkan karena feses mengandung
suatu zat berwarna orange-kuning yg disebut Bilirubin. Ketika Bilirubin ini
bergabung dengan zat besi dari usus maka akan dihasilkan perpaduan warna
cokelat kekuning - kuninganTinja normal kuning coklat dan
warna ini dapat berubah mejadi lebih tua dengan terbentuknya urobilin lebih
banyak. Selain urobilin warna tinja dipengaruhi oleh berbagai jenis makanan,
kelainan dalam saluran pencernaan dan obat yang dimakan. Warna kuning juga
dapat disebabkan karena susu,jagung, lemak dan obat santonin.
2. Warna Hitam
Feses
berwarna hitam bisa jadi mengandung darah dari sistem pencernaan sebelah atas,
kerongkongan, lambung atau juga bagian hulu usus halus. Zat Lain yg
memberi warna hitam ke feses kita bisa juga dari zat-zat makanan berwarna hitam
(Licorice), timbal, pil yang mengandung besi, pepto-bismol atau blueberry. Bisa
juga karena mengkonsumsi herb (sejenis tumbuhan yang dikenal dengan akar
manis).
3. Warna Hijau
Feses
warna hijau didapat dari klorofil sayuran, seperti bayam yang dikonsumsi.
Selain itu pewarna makanan biru atau hijau yang biasa terkandung dalam minuman
atau es bisa menyebabkan feses berwarna hijau. Kondisi ini biasanya disebabkan
oleh makanan yang terlalu cepat melewati usus besar sehingga tidak melalui
proses pencernaan dengan sempurna. Feses berwarna hijau juga bisa terjadi pada
diare, yakni ketika bahan pembantu pencernaan yang diproduksi hati dan disimpan
dalam empedu usus tanpa pengolahan atau perubahan. Ada kejadian khusus pada
bayi dimana jika feses berwarna hijau dianggap feses normal, khususnya ketika
bayi itu baru aja dilahirkan.Pada bayi yang baru lahir
disebabkan oleh biliverdin dan porphyrin dalam mekonium.
4. Warna Merah
Seperti
layaknya feses hitam, tetapi bedanya feses merah ini dominan diberi oleh
kandungan darah. Darah ini di dapat dari sistem pencernaan bagian bawah. Wasir
dan radang usus besar adalah yang menjadi penyebab utama Feses menjadi berwarna
merah. Feses merah akibat makanan umumnya disebabkan oleh buah bit, makanan
dengan pewarna merah termasuk minuman bubuk dan juga makanan yang mengandung
gelatin. Mengkonsumsi tomat juga bisa membuat feses jadi merah.
5. Warna Abu-abu / Pucat
Sama
dalam dunia manusia, wajah pucat menandakan orang yang sakit bukan ? Kali ini
feses pucat pun menandakan pasien sedang dilanda sakit. Biasanya pasien sedang
mengalami penyakit liver, pankreas, atau empedu, maka pantat dari pasien akan
berwarna abu-abu atau pucat.
6. Warna Coklat
Tinja
berwarna coklat mungkin disebabkan adanya perdarahan dibagian proksimal saluran
pencernaan atau karena makanan seperti coklat, kopi dan lain-lain. Warna coklat
tua disebabkan urobilin yang berlebihan seperti pada anemia hemolitik.
Sedangkan warna hitam dapat disebabkan obat yang yang mengandung besi, arang
atau bismuth dan mungkin juga oleh melena.
Bau khas dari tinja atau feses disebabkan
oleh aktivitas bakteri. Bakteri
menghasilkan senyawa seperti indole, skatole, dan thiol (senyawa yang mengandung belerang), dan juga gas hidrogen sulfida. Asupan makanan
berupa rempah-rempah dapat menambah bau khas feses atau tinja. Di pasaran juga
terdapat beberapa produk komersial yang dapat mengurangi bau feses atau tinja.
Tinja atau feses dimana saja berada atau
ditampung akan segera mulai mengalami penguraian (dekomposisi), yang pada
akhirnya akan berubah menjadi bahan yang stabil, tidak berbau, dan tidak
mengganggu. Aktifitas utama dalam proses penguraian (dekomposisi) adalah :
1. Pemecahan senyawa organic kompleks, seperti
protein dan urea, menjadi bahan yang lebih sederhana dan lebih
stabil;
2. Pengurangan volume dan
massa (kadang - kadang sampai 80%) dari bahan
yang mengalami dekomposisi, dengan hasil gas metan, karbondioksida, amoniak,
dan nitrogen yang dilepaskan ke atmosfer; Bahan - bahan yang terlarut yang
dalam keadaan tertentu meresap kedalam tanah di bawahnya.
3. Penghancuran organisme patogen yang dalam
beberapa hal tidak mampu hidup dalam proses dekomposisi, atau diserang
oleh banyak jasad renik didalam massa yang tengah mengalami
dekomposisi. Bakteri memegang peranan penting dalam dekomposisi.
Aktifitas bakteri dapat berlangsung dalam suasana aerobik, yakni dalam
keadaan terdapat udara, atau anaerobik dalam keadaan tidak terdapat
oksigen.
Proses
dekomposisi berlangsung pada semua bahan organik mati yang berasal
dari tumbuhan atau hewan, terutama pada komponen nitrat, sulfat,atau karbonat
yang dikandungnya. Pada kotoran manusia yang merupakan campuran tinja dan air
seni yang relatif kaya akan senyawa nitrat, proses dekomposisi terjadi melalui
siklus nitrogen. Pada siklus ini, pertama - tama, senyawa dipecahkan menjadi
amonia dan bahan sederhana lainnya. Kemudian, diubah oleh bakteri nitrit
(nitrifying bacteria) menjadi nitrit dan nitrat. Bau merangsang yang timbul
selama dekomposisi air seni disebabkan oleh amonia yang terlepas sebelum
berubah menjadi bentuk yang lebih stabil. Dekomposisi dapat berlangsung sangat
cepat, dari beberapa hari pada dekomposisi mekanis yang sangat terkendali
sampai dengan beberapa bulan, bahkan hampir satu tahun pada kondisi rata -
rata lubang jamban. Pada umunya, kondisi yang terjadi pada dekomposisi tinja
tidak menguntungkan bagi kehidupan organisme patogen. Bukan hanya karena
temperatur dan kandungan airnya yang menghambat pertumbuhan
organisme patogen itu, melainkan kompetisi antara flora bakteri dan
protozoa, yang bersifat predator dan merusak.
Hasil akhir
proses dekomposisi mengandung nutrient tanah yang bermanfaat dan dapat
memberikan keuntungan bila digunakan sebagia pupuk penyubur tanaman
(fertilizer). Kadang - kadang petani mengeluh karena sedikitnya kandungan
nitrogen pada tinja yang telah mengalami dekomposisi. Tinja segar memang
mengandung lebih banyak bahan nitrogen, namun bahan itu tidak dapat digunakan
oleh tanaman pada susunannya yang asli. Tanaman hanya dapat menggunaan nitrogen
sebagian amonia, nitrit, atau nitrat yang mana dihasilkan selama dekomposisi
tahap lanjutan. Bila tinja segar dihamparkan diatas tanah, kebanyakan nitrogen
akan berubah menjadi bahan padat yang menguap ke udara sehingga tidak
dapat dimanfaatkan oleh tanaman.
E.
Feses normal
Orang
dewasa normal mengeluarkan 100-300 gr feses per hari dari jumlah tersebut 70%
merupakan air dan separuh dari sisanya mungkin berupa kuman dan sisa sisa
kuman. Selebihnya adalah sisa makanan berupa sisa sayur mayur sedikit lemak,
sel sel epitel yang rusak dan unsur unsur lain. Konsistensi tinja normal (semi
solid silinder) agak lunak, tidak cair seperti bubur maupun keras, berwarna
coklat dan berbau khas. Frekuensi defekasi normal 3x per-hari sampai 3x
per-minggu.
F.
Pengambilan Sampel Faces
1. Indikasi Pemeriksaan
a. Adanya diare dan
konstipasi
b. Adanya ikterus
c. Adanya gangguan
pencernaan
d. Adanya lendir dalam tinja
e. Kecurigaan penyakit
gastrointestinal
f. Adanya darah dalam tinja
2. Syarat pengumpulan feces
a. Tempat harus bersih, kedap, bebas dari urine,
diperiksa 30 – 40 menit sejak dikeluarkan. Bila pemeriksaan ditunda simpan pada
almari es.
b. Pasien dilarang menelan Barium, Bismuth, dan Minyak dalam 5 hari
sebelum pemeriksaan.
c. Diambil dari bagian yang paling mungkin memberi
kelainan.
d. Paling baik dari defekasi spontan atau Rectal Toucher.
e. Pasien konstipasi dapat diberikan saline cathartic
terlebih dahulu.
f. Pada Kasus Oxyuris dapat digunakan metode schoth tape
& object glass.
g. Untuk mengirim tinja, wadah yang baik ialah yang
terbuat dari kaca atau sari bahan lain yang tidak dapat ditembus seperti
plastik, bermulut lebar, bertutup ulir. Kalau konsistensi tinja keras,dos
karton berlapis paraffin juga boleh dipakai.
h. Oleh karena unsur -unsur patologik biasanya tidak dapat
merata, maka hasil pemeriksaan mikroskopi tidak dapat dinilai derajat
kepositifannya dengan tepat, cukup diberi tanda –(negatif),(+),(++),(+++) saja.
i. Hal – hal yang perlu diperhatikan
ü Penyimpanan
Feses tahan < 1
jam pada suhu ruang
Bila 1 jam atau lebih
gunakan media transpot yaitu Stuart’s medium, ataupun Pepton water
Penyimpanan < 24
jam pada suhu ruang, sedangkan > 24 jam pada suhu 4°C
ü Pengiriman
Pengiriman < 1 jam
pada suhu ruang
Bila tidak
memungkinkan, gunakan media transport atau kultur pada media Tetra Thionate
Broth
3. Waktu Pengambilan Feses
Pengambilan dilakukan
setiap saat, terutama pada gejala awal dan sebaiknya sebelum pemberian anti
biotik. Feses yang diambil dalam keadaan segar.
4. Alat-alat Pengambilan Feses
ü Sarung tangan
ü Spatel steril
ü Vasseline
ü Lidi kapas steril
ü Pot tinja
ü Bengkok
ü Perlak pengalas
ü Tissue
5. Cara kerja
a. Prosedur pengambilan feses
pada dewasa :
ü Jelaskan prosedur pada ibu dan meminta persetujuan
tindakan
ü Menyiapkan alat yang diperlukan
ü Meminta ibu untuk defekasi di pispot, hindari kontak
dengan urine
ü Cuci tangan dan pakai sarung tangan
ü Dengan alat pengambil feses, ambil dan ambil feses ke
dalam wadah specimen kemudian tutup dan bungkus
ü Observasi warna, konsistensi, lendir, darah, telur
cacing dan adanya parasit pada sampel
ü Buang alat bekas mengambil feses dengan benar
ü Cuci tangan
ü Beri label pada wadah specimen dan kirimkan ke
labolatorium
ü Lakukan pendokumentasian dan tindakan yang sesuai
b. Prosedur pengambilan feses
pada dewasa dalam keadaan tidak mampu defekasi sendiri:
ü Mendekatkan alat
ü Jelaskan prosedur pada ibu dan meminta persetujuan
tindakan
ü Mencuci tangan
ü Memasang perlak pengalas dan sampiran
ü Melepas pakaian bawah pasien
ü Mengatur posisi dorsal recumbent
ü Memakan hand scoon
ü Telunjuk diberi vaselin lalu dimasukkan ke dalam anus
dengan arah keatas kemudian diputar kekiri dan kekanan sampai teraba tinja
ü Setelah dapat , dikeluarkan perlahan – lahan lalu
dimasukkan ke dalam tempatnya.
ü Anus dibersihkan dengan kapas lembab dan keringkan
dengan tissue.
ü Melepas sarung tangan
ü Merapikan pasien
ü Mencuci tangan
c. Prosedur pengambilan feses
pada bayi :
ü Jelaskan prosedur pada ibu bayi dan meminta
persetujuan tindakan yang akan dilakukan pada bayinya
ü Menyiapkan alat yang diperlukan
ü Memantau feses yang dikeluarkan oleh bayi di popoknya,
hindari kontak dengan urine
ü Cuci tangan dan pakai sarung tangan
ü Dengan alat pengambil feses, ambil dan ambil feses ke
dalam wadah specimen kemudian tutup dan bungkus
ü Observasi warna, konsistensi, lendir, darah, telur
cacing dan adanya parasit pada sampel
ü Buang alat dengan benar
ü Cuci tangan
ü Beri label pada wadah specimen dan kirimkan ke
labolatorium
ü Lakukan pendokumentasian dan tindakan yang sesuai
G.
Jenis Pemeriksaan Feses
Jika akan memeriksa tinja, pilihlah selalu sebagian
dari tinja itu yang memberi kemungkinan sebesar-besarnya untuk menemui kelainan
umpamanya bagian yang tercampur darah atau lendir dan sebagainya. Oleh Karen
unsur-unsur patologik biasanya tidak terdapat merata, maka hasil pemeriksaan
mikroskopis tidak dapat dinilai derajat kepositifannya dengan tepat, cukup
diberi tanda – (negative), +, ++ atau +++ saja.
1. Pemeriksaan feces lengkap merupakan pemeriksaan feces
yang terdiri atas pemeriksaan makroskopik, pemeriksaan mikroskopik, dan
pemeriksaan kimia.
a. Pemeriksaan makroskopik
Pemeriksaan
makroskopik (dapat dilihat dengan mata telanjang: konsistensi, warna, darah,
lendir). Adanya darah dan lendir menandakan infeksi yang harus segera diobati,
yaitu infeksi karena amuba atau bakteri shigella.
Berikut
adalah uraian tentang berbagai macam pemeriksaan secara makroskopis dengan
sampel feses.
ü Pemeriksaan Warna
Pemeriksaan
warna pada tinja bisa dilakukan langsung dengan mata telanjang dan berikut
interpretasi hasilnya :
·
Kuning (Tinja Normal)
·
Hijau
·
Keabu– abuan
·
Merah
·
Coklat
ü Pemeriksaan Bau
Bau tinja disebabkan oleh indol, skatol dan asam
butirat. Bau itu menjadi bau busuk jika dalam usus terjadi pembusukan isinya,
yaitu protein yang tidak dicernakan dan dirombak oleh kuman-kuman. Reaksi tinja
menjadi lindi oleh pembusukan semacam itu. Ada kemungkinan juga tinja berbau
asam, keadaan itu disebabkan oleh peragian (fermentasi) zat-zat gula yang tidak
dicerna karna umpamanya diare. Reaksi tinja dalam hal itu menjadi asam. Bau
tengik dalam tinja disebabkan oleh perombakan zat lemak dengan pelepasan
asam-asam lemak.
ü Pemeriksaan Konsistensi
Tinja normal mempunyai konsistensi agak lunak dan
berbentuk. Pada diare konsistensi menjadi sangat lunak atau cair, sedangkan
sebaliknya tinja yang keras atau skibala didapatkan pada konstipasi. Peragian
karbohidrat dalam usus menghasilkan tinja yang lunak dan bercampur gas.
Konsistensi tinja berbentuk pita ditemukan pada penyakit hisprung. Feses yang
sangat besar dan berminyak menunjukkan malabsorpsi usus.
ü Pemeriksaan Lendir
Dalam keadaan normal didapatkan sedikit sekali lendir
dalam tinja. Terdapatnya lendir yang banyak berarti ada rangsangan atau radang
pada dinding usus.Lendir yang terdapat di bagian luar tinja, lokalisasi iritasi
itu mungkin terletak pada usus besar. Sedangkan bila lendir bercampur baur dengan
tinja mungkin sekali iritasi terjadi pada usus halus.Pada disentri, intususepsi
dan ileokolitis bisa didapatkan lendir saja tanpa tinja.Lendir transparan yang
menempel pada luar feces diakibatkan spastik kolitis, mucous colitis pada
anxietas.
Tinja dengan lendir dan bercampur darah terjadi pada
keganasan serta peradangan rektal anal.Tinja dengan lendir bercampur nanah dan
darah dikarenakan adanya ulseratif kolitis, disentri basiler, divertikulitis
ulceratif, intestinal tbc.
ü Pemeriksaan Darah.
Adanya darah dalam tinja dapat berwarna merah
muda,coklat atau hitam. Darah itu mungkin terdapat di bagian luar tinja atau
bercampur baur dengan tinja. Makin proksimal terjadinya pendarahan, makin
bercampurlah darah dengan tinja dan warna menjadi hitam. Jumlah darah yang
besar mungkin disebabkan oleh ulcus, varices dalam esophagus, carcinoma atau
hemorrhoid.
ü Pemeriksaan Parasit
Diperiksa
pula adanya cacing ascaris, anylostoma dan spesies cacing lainnya yang mungkin
didapatkan dalam feses.
b. Pemeriksaan mikroskopik
Pada pemeriksaan
mikroskopi usaha mencari protozoa dan telur cacing merupakan maksud terpenting.
Untuk mencari protozoa sering dipakai larutan eosin 1 – 2% sebagai bahan
pengencer tinja atau juga larutan lugol 1 – 2 %. Selain itu larutan asam acetat
10 % dipakai untuk melihat leukosit lebih jelas, sedangkan untuk melihat unsur
– unsur lain larutan garam 0,9 % yang sebaiknya dipakai untuk pemeriksaan
rutin.
Pemeriksaan
mikroskopik (hanya dapat dilihat melalui mikroskop: leukosit, eritrosit,
epitel, amilum, telur cacing dan amuba). Adanya amuba menandakan adanya infeksi
saluran cerna terhadap amuba tersebut, dan adanya telur cacing menandakan harus
diobatinya pasien dari infeksi parasit tersebut.
ü Protozoa
Biasanya didapati
dalam bentuk kista, bila konsistensi tinja cair baru didapatkan bentuk
trofozoit.

http://bioeducation10.blogspot.co.id/2012/11/Protozoa_11.html?m=1
ü Telur cacing
Telur cacing yang mungkin didapat yaitu Ascaris
lumbricoides, Necator americanus, Enterobius vermicularis, Trichuris trichiura,
Strongyloides stercoralis dan sebagainya.

ü Leukosit
Dalam
keadaan normal dapat terlihat beberapa leukosit dalam seluruh sediaan.Pada
disentri basiler, kolitis ulserosa dan peradangan didapatkan peningkatan jumlah
leukosit. Eosinofil mungkin ditemukan pada bagian tinja yang berlendir pada
penderita dengan alergi saluran pencenaan.
Untuk
mempermudah pengamatan leukosit dapat ditambah 1 tetes asam acetat 10% pada 1
tetes emulsi feces pada obyek glass.
ü Eritrosit
Eritrosit
hanya terlihat bila terdapat lesi dalam kolon, rektum atau anus. Sedangkan bila
lokalisasi lebih proksimal eritrosit telah hancur. Adanya eritrosit dalam tinja
selalu berarti abnormal.
Sumber:http://kuliahanaliskesehatan.blogspot.co.id/2013/05/pemeriksaan-faeces.html?m=1
ü Sel Epitel
Dalam
keadaan normal dapat ditemukan beberapa sel epite lyaitu yang berasal dari
dinding usus bagian distal. Sel epitel yang berasal dari bagian proksimal
jarang terlihat karena sel ini biasanya telah rusak. Jumlah sel epitel
bertambah banyak kalau ada perangsangan atau peradangan dinding usus bagian
distal.
ü Kristal
Kristal
dalam tinja tidak banyak artinya. Dalam tinja normal mungkin terlihat kristal
tripel fosfat, kalsium oksalat dan asam lemak. Kristal tripel fosfat dan
kalsium oksalat didapatkan setelah memakan bayam atau strawberi, sedangkan
kristal asam lemak didapatkan setelah banyak makan lemak.
Sebagai
kelainan mungkin dijumpai kristal Charcoat Leyden Tinja, Butir-butir amilum dan
kristal hematoidin. Kristal Charcoat Leyden didapat pada ulkus saluran
pencernaan seperti yang disebabkan amubiasis. Pada perdarahan saluran
pencernaan mungkin didapatkan kristal hematoidin.

ü Makrofag
Sel
besar berinti satu dengan daya fagositosis, dalam sitoplasmanya sering dapat
dilihat bakteri selain eritrosit, lekosit .Bentuknya menyerupai amuba tetapi
tidak bergerak.
ü Sel ragi
Khusus
Blastocystis hominis jarang didapat. Pentingnya mengenal strukturnya ialah
supaya jangan dianggap kista amoeba
ü Sisa Makanan
Hampir
selalu dapat ditemukan juga, bukanlah adanya, melainkan jumlahnya yang dalam
keadaan tertentu dipertalikan dengan sesuatu hal yang abnormal. Sisa makanan
itu sebagian berasal dari makanan daun – daunan dan sebagian lagi makanan
berasal dari hewan, seperti seart otot, serat elastik, dan sebagainya.
Untuk
identifikasi lebih lanjut emulsi tinja dicampur dengan larutan Lugol; pati
(amilum) yang tidak sempurna dicerna nampak seperti butir – butir biru atau
merah. Larutan jenuh Sudan III atau Sudan IV dalam alkohol 70 % juga dipakai:
lemak netral menjadi tetes – tetes merah atau jingga.


http://rizqimurtafiah.blogspot.co.id/2013/06/pemeriksaanfeseslengkap.html?m=1
ü Jamur
Pemeriksaan
KOH
Pemeriksaan
KOH adalah pemeriksaan tinja dengan menggunakan larutan KOH (kalium hidroksida)
untuk mendeteksi adanya jamur, sedangkan pemeriksaan tinja rutin adalah
pemeriksaan tinja yang biasa dilakukan dengan menggunakan lugol.
Untuk
membedakan antara Candida dalam keadaan normal dengan Kandidiasis adalah pada
kandidiasis, selain gejala kandidiasis, dari hasil pemeriksaan dapat ditemukan
bentuk pseudohifa yang merupakan bentuk invasif dari Candida pada sediaan
tinja.
Timbulnya
kandidiasis juga dapat dipermudah dengan adanya faktor risiko seperti diabetes
melitus, AIDS, pengobatan antikanker, dan penggunaan antibiotika jangka
panjang. Kalau memang positif kandidiasisdan terdapat gejala kandidiasis, maka
biasanya dapat sembuh total dengan obat jamur seperti fluconazole, tetapi tentu
saja bila ada faktor risiko juga harus diatasi.
Swap adalah
mengusap mukosa atau selaput lendir atau pseudomembran kemudian hasil usapan
diperiksa secara mikroskopik, sedangkan biopsi adalah pengambilan jaringan atau
sel untuk dilakukan pemeriksaan secara mikroskopik juga.
c. Pemeriksaan kimia
Pemeriksaan kimia :
untuk mengetahui adanya Darah Samar, Urobilin, Urobilinogen, Bilirubin
dalam feses / tinja.
ü Darah samar
Pemeriksaan kimia tinja yang terpenting
adalah pemeriksaan terhadap darah samar. Tes terhadap darah samar dilakukan
untuk mengetahui adanya perdarahan kecil yang tidak dapat dinyatakan secara
makroskopik atau mikroskopik.
Adanya darah dalam tinja selalau abnormal.
Pada keadaan normal tubuh kehilangan darah 0,5 – 2 ml / hari. Pada keadaan
abnormal dengan tes darah samar positif (+) tubuh kehilangan darah > 2 ml/
hari.
Macam-macam metode tes darah
samar yang sering dilakukan adalah guajac tes, orthotoluidine, orthodinisidine,
benzidin tes berdasarkan penentuan aktivitas peroksidase / oksiperoksidase dari
eritrosit (Hb)
a. Metode benzidine basa
1. Buatlah emulsi tinja dengan air atau dengan larutan
garam kira-kira 10 ml dan panasilah hingga mendidih.
2. Saringlah emulsi yang masih panas itu dan biarkan
filtrat sampai menjadi dingin kembali.
3. Ke dalam tabung reaksi lain dimasukkan benzidine basa
sebanyak sepucuk pisau.
4. Tambahkan 3 ml asam acetat glacial, kocoklah sampai
benzidine itu
5. Bubuhilah 2ml filtrate emulsi tinja, campur.
6. Berilah 1ml larutan hydrogen peroksida 3 %, campur.
7. Hasil dibaca dalam waktu 5 menit ( jangan lebih lama )
Catatan :
Hasil dinilai dengan
cara :
Negative ( - ) tidak ada perubahan warna atau
samar-samar hijau
Positif ( +) ( Hijau)
Positif(2+) biru bercampur hijau
Positif(3+) biru
Positif (4+) biru tua
b. Metode Benzidine Dihidrochlorida
Jika
hendak memakai benzidine dihirochlorida sebagai pengganti benzidine basa dengan
maksud supaya test menjadi kurang peka dan mengurangi hasil positif palsu, maka
caranya sama seperti diterangkan diatas.
c. Cara Guajac
Prosedur
Kerja :
1. Buatlah emulsi tinja sebanyak 5ml dalam tabung reaksi
dan tambahkan 1ml asam acetat glacial, campur.
2. Dalam tabung reaksi lain dimasukkan sepucuk pisau
serbuk guajac dan 2ml alkohol 95 %, campur.
3. Tuang hati-hati isi tabung kedua dalam tabung yang
berisi emulsi tinja sehingga kedua jenis campuran tetap sebagai lapisan
terpisah.
4. Hasil positif kelihatan dari warna biru yang terjadi
pada batas kedua lapisan itu. Derajat kepositifan dinilai dari warna itu.
Zat yang mengganggu
pada pemeriksaan darah samar diantara lain adalah preparat Fe, chlorofil,
extract daging, senyawa merkuri, Vitamin C dosis tinggi dan anti oxidant dapat
menyebabkan hasil negatif (-) palsu, sedangkan Lekosit, formalin, cupri oksida,
jodium dan asam nitrat dapat menyebabkan positif (+) palsu
ü Urobilin
Dalam
tinja normal selalu ada urobilin. Jumlah urobilin akan berkurang pada ikterus
obstruktif, pada kasus obstruktif total hasil tes menjadi negatif, tinja dengan
warna kelabu disebut akholik.
Prosedur
kerja :
1. Taruhlah beberapa gram tinja dalam sebuah mortir dan
campurlah dengan larutan mercurichlorida 10 % dengan volume sama dengan volume
tinja
2. Campurlah baik-baik dengan memakai alunya
3. Tuanglah bahan itu ke dalam cawan datar agar lebih
mudah menguap dan biarkan selama 6-24 jam
4. Adanya urobilin dapat dilihat dengan timbulnya warna
merah
ü Urobilinogen
Penetapan
kuantitatif urobilinogen dalam tinja memberikan hasil yang lebih baik jika
dibandingkan terhadap tes urobilin,karena dapat menjelaskan dengan angka mutlak
jumlah urobilinogen yang diekskresilkan per 24 jam sehingga bermakna dalam
keadaan seperti anemia hemolitik dan ikterus obstruktif.
Tetapi pelaksanaan untuk tes tersebut sangat rumit dan
sulit, karena itu jarang dilakukan di laboratorium. Bila masih diinginkan
penilaian ekskresi urobilin dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan
urobilin urin.
ü Bilirubin
Pemeriksaan
bilirubin akan beraksi negatif pada tinja normal,karena bilirubin dalam usus
akan berubah menjadi urobilinogen dan kemudian oleh udara akan teroksidasi
menjadi urobilin.
Reaksi
mungkin menjadi positif pada diare dan pada keadaan yang menghalangi perubahan
bilirubin menjadi urobilinogen, seperti pengobatan jangka panjang dengan
antibiotik yang diberikan peroral, mungkin memusnakan flora usus yang
menyelenggarakan perubahan tadi.Untuk mengetahui adanya bilrubin dapat
digunakan metode pemeriksaan Fouchet.
Interpretasi Hasil Pemeriksaan Feses :
Makroskopi dan Mikroskopi
|
Interpretasi
|
Butir,
kecil, keras, warna tua
|
Konstipasi
|
Volume
besar, berbau dan mengambang
|
Malabsorbsi
zat lemak atau protein
|
Rapuh
dengan lendir tanpa darah
|
Sindroma
usus besar yang mudah terangsang inflamasi dangkal dan difus, adenoma
dengan jonjot- jonjot
|
Rapuh
dengan darah dan lendir (darah nyata)
|
Inflamasi
usus besar, tifoid, shigella, amubiasis, tumor ganas
|
Hitam,
mudah melekat seperti ter
|
Perdarahan
saluran cerna bagian atas
|
Volume
besar, cair, sisa padat sedikit
|
Infeksi
non-invasif (kolera, E.coli keadaan toksik, kkeracunan
makanan oleh stafilokokus, radang selaput osmotic
(defisiensi disakharida, makan berlebihan)
|
Rapuh
mengandung nanah atau jaringan nekrotik
|
Divertikulitis
atau abses lain, tumor nekrotik, parasit
|
Agak
lunak, putih abu- abu sedikit
|
Obstruksi
jaundice, alkoholik
|
Cair
bercampur lendir dan eritrosit
|
Tifoid,
kolera, amubiasis
|
Cair
bercampur lendir dan leukosit
|
Kolitis
ulseratif, enteritis, shigellosis, salmonellosis, TBC usus
|
Lendir
dengan nanah dan darah
|
Kolitis
ulseratif, disentri basiler, karsinoma ulseratif colon, diverticulitis
akut, TBC
|
2. Pemeriksaan kultur feses
Pengambilan feses untuk pemeriksaan kultur
dilakukan dengan teknik steril. Pelaksanaanya adalah dengan cara toucher, namun alat-alat yang digunakan
harus steril ( sarung tangan, kapas sublimat, dan botol bertutup). Tujuan
pemeriksaan kultur adalah mendapatkan spesimen feses yang memenuhi persyaratan
untuk pemeriksaan feses rutin.
BAB III
PENUTUP
1. Tinja atau feses merupakan semua benda atau zat yang
tidak dipakai lagi oleh tubuh yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Tinja
atau feses merupakan salah satu sumber penyebaran penyakit yang multikompleks.
2. Feses umumnya berwarna Kuning di karenakan Bilirubin,
Selain itu warna dari feses ini juga dapat dipengaruhi oleh kondisi medis,
makanan serta minuman yang dikonsumsi. Beberapa warna feses diantaranya,
kuning, merah, hitam, hijau dan keabu – abuan.
3. Proses penguraian (dekomposisi) feses pada akhirnya
akan berubah menjadi bahan yang stabil, tidak berbau, dan tidak
mengganggu. Hasil akhir proses dekomposisi mengandung nutrient tanah
yang bermanfaat dan dapat memberikan keuntungan bila digunakan sebagia
pupuk penyubur tanaman (fertilizer).
4. Konsistensi feses normal pada manusia (semi solid
silinder) agak lunak, tidak cair seperti bubur maupun keras, berwarna coklat
dan berbau khas. Frekuensi defekasi normal 3x per-hari sampai 3x per-minggu.
5. Syarat pengumpulan feces
1. Wadah yang digunakan bersih, tertutup, bermulut lebar.
2. Pasien dilarang menelan Barium, Bismuth, dan Minyak dalam 5 hari
sebelum pemeriksaan.
3. Diambil dari bagian yang paling mungkin memberi
kelainan.
4. Paling baik dari defekasi spontan atau Rectal Toucher.
5. Hal – hal yang perlu diperhatikan
ü Penyimpanan
Feses tahan < 1
jam pada suhu ruang
Bila 1 jam atau lebih
gunakan media transpot yaitu Stuart’s medium, ataupun Pepton water
Penyimpanan < 24
jam pada suhu ruang, sedangkan > 24 jam pada suhu 4°C
ü Pengiriman
Pengiriman < 1 jam
pada suhu ruang
Bila tidak
memungkinkan, gunakan media transport atau kultur pada media Tetra Thionate
Broth
6. Jenis pemeriksaan feses yaitu meliputi, pemeriksaan
makroskopi (Warna, Bau, Konsistensi, Darah, Parasit), pemeriksaan mikroskopi
(Sel Epitel, Leukosit, Eritrosit, Makrofag, Kristal, Sisa Makanan, Sel Ragi dan
Telur Cacing), pemeriksaan kimia ( Darah Samar, Urobilin, Bilirubin,
Urobilinogen) dan pemeriksaan kultur feses.
DAFTAR PUSTAKA
http://yazhid28bashar.blogspot.com/2013/10/vbehaviorurldefaultvmlo.htmlahmadmuzaki47.blogspot.com/2012/04/pemeriksaanfeses.htmlhttp://mimintriwa.blogspot.com/p/42-persiapan-dan-pengambilan-specimen.html
NJ Casino - Your Vacation Awaits on the Go - JT-H
BalasHapusJTG Casino is your one stop stop destination 원주 출장안마 for 과천 출장샵 all you need for 광양 출장샵 an unforgettable gaming 통영 출장마사지 experience from our exciting slots and live table games. 김해 출장안마